Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Ragam

Belum Ada Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed, Gimana Nasib Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS, sederet data di awal bulan seperti inflasi sektor usaha dan aktivitas manufaktur akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar lebih lanjut.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah masih melemah 0,03% pada perdagangan Selasa (30/4/2024) ke Rp 16.255/US$. Dengan demikian, rupee melemah selama empat hari berturut-turut.

Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS akibat sejumlah tekanan eksternal baru. Libur Hari Buruh dipersingkat, salah satu emosi yang sangat mempengaruhi adalah penantian keputusan Federal Reserve atau The Fed mengenai suku bunga.

Pada Kamis pagi waktu Indonesia (2/5/2024), The Fed akhirnya memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50% untuk keenam kalinya berturut-turut.

The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga tahun ini. Namun mereka juga mengatakan belum ada kemajuan signifikan dalam penurunan inflasi sehingga mereka akan menunggu data yang lebih mendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.

Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC), The Fed menaikkan suku bunga sebesar 525 bps pada Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei. 2024.

Keputusan The Fed tadi malam semakin menunjukkan bahwa era suku bunga tinggi masih terus berlanjut atau belum ada tanda-tanda penurunan suku bunga. Hal ini tentu dapat menjadi tekanan bagi pasar keuangan Indonesia.

Sedangkan untuk dalam negeri, siang ini akan ada rilis angka inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini Kamis (2/5/2024) akan mempublikasikan angka inflasi Indonesia periode April 2024.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi pada April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya (mom/mtm).

Hasil survei juga memperkirakan inflasi (year-on-year/year) akan sebesar 3,08% pada bulan April. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

Maka malam ini Negeri Paman Sam akan merilis lebih banyak data terkait neraca perdagangan dan update pasar tenaga kerja hingga data klaim pengangguran.

Neraca perdagangan AS diperkirakan akan terus menurun dari -$68,9 miliar pada bulan Maret menjadi -$69,1 miliar, menurut data Trading Economics. Data ini cukup penting untuk diwaspadai karena AS merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia setelah China.

Selanjutnya, untuk informasi terkini pasar tenaga kerja, klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 27 April 2024 diperkirakan meningkat menjadi 212.000, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 207.000.

Rupiah secara teknis

Secara teknikal secara grafik per jam, rupee masih berada pada jalur tren pelemahan, namun mulai menunjukkan tanda sideways seiring dengan pergerakan terkini yang menguji garis moving average 20 jam atau Moving Average/MA 20.

Jika rupiah mampu menembus ke bawah MA20, maka ada peluang menguat mendekati support MA50 di Rp 16.230/US$. Namun jika rupiah tidak mampu menembus MA20, maka kemungkinan pelemahan lebih lanjut bisa mencapai Rp 16.285/US$, ini merupakan resistance yang didapat dari intraday high candle pada 19 April 2024.

RISET CNBC INDONESIA Simak video di bawah ini: Video: IHSG & Rupiah Kembali Melesu, Efek Jual di Bulan Mei & Hilang? (tsn/tsn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *