Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Entrepreneur

Cerita Perburuan Emas Prabu Siliwangi, Konon Bisa Lunasi Utang Negara

Jakarta, CNBC Indonesia – Kisah kekayaan kerajaan kuno menarik perhatian banyak orang. Salah satunya Menteri Agama Agil Hussin Al Munawar. Diketahui, ia mendapat informasi mengenai emas peninggalan harta karun Prabu Siliwangi. Ia pun melakukan penyelidikan untuk membayar utang negara. Namun, hasilnya sungguh di luar dugaan.

Cerita apa? 

Pada pertengahan tahun 2002, Said Agil Husin Al Munawar mendapat informasi dari orang tak dikenal bahwa ada bongkahan emas yang tersisa di harta karun Raja Siliwangi di Kompleks Batu Tulis Prasasti, Bogor.

Agil berkata sambil tersenyum. Dia berpikir jika cerita-cerita ini benar, negaranya akan dilanda bencana yang tidak terduga. Dia mengatakan, jika emas itu dijual, maka utang negara akan terbayar. Kemudian utang negara mencapai 36,4 dolar AS. Berita tersebut sangat sensasional dan menjadi berita utama di banyak media nasional saat itu.

“Saya terpilih sebagai orang yang diberi kewenangan mengembalikannya kepada pemerintah,” kata Said dikutip kolom Tempo (3 November 2002).

Said menyampaikan kabar tersebut kepada Presiden Megawati. Dia mengatakan presiden menyetujui penelitian tersebut. Pada bulan Agustus, Said memerintahkan sekelompok pria untuk merayakan harta karun tersebut di patung Batu Tulis. Batu Tulis sendiri merupakan salah satu dokumen tertua peninggalan Kerajaan Sunda. Tentunya prasasti ini hanya sekedar peringatan untuk mengenang jasa baik Sri Baduga Maharaja. Tidak ada satu pun petunjuk di mana harta karun itu berada.

Namun fakta sejarah tidak menghentikan langkah Said. Ia masih yakin ada harta karun di sana. Kemudian sekelompok laki-laki menggali sesuai perintah Said. Protes juga datang dari masyarakat setempat. Berdasarkan arsip Tempo, warga membuat spanduk berisi pengumuman penghentian penambangan. Mereka tentu menilai upaya Said merusak peninggalan nenek moyang dan melukai hati masyarakat Sunda.

Entah ada kaitannya atau tidak, alam disebut-sebut marah atas kejadian tersebut. Menurut Rakhmad Hidayat, dkk dalam Dinamika Masyarakat Kota Bogor (2017), terjadi badai besar, petir, dan angin kencang pada saat dan setelah penggalian.

Penggalian harta karun tersebut dipimpin langsung oleh Said Agil di Bogor dari siang hingga malam. Dalam waktu 10 jam, lubang tersebut mampu digali sedalam dua meter, panjang empat meter, dan lebar satu meter. Tidak ada emas yang ditemukan sama sekali.

Protes semakin buruk. Ucapannya dianggap tidak rasional. Sebagai pegawai negeri, orang terpelajar, dan manusia spiritual, hendaknya ia mempunyai akal sehat untuk mengenali nilai-nilai yang terpendam. Kalaupun ngotot menggali, ia juga harus memperhatikan tata cara ilmiah agar tidak merusak teks.

Karena sudah membuat keributan dan merasa malu, Said menyiapkan alasan yang konyol. Mengutip arsip Tempo tempo hari (15 Agustus 2002), Said mengatakan, emas tersebut hilang karena kabar emas tersebut tersebar sebelum ditemukan. Selain itu, ia menilai ada kelompok yang tidak mau menyerahkannya kepada negara. Akibatnya harta karun itu tidak pernah ditemukan.

Belakangan, Presiden Megawati angkat bicara. Ketua Umum PDIP tak menyangka telah memerintahkan Said mengurus harta karun di Batu Tulis. Artinya, Said menggunakan nama Megawati untuk memulai penggalian. Penggalian dihentikan. Sejauh ini, keberadaan harta karun Batu Tulis belum terbukti. Tonton video di bawah ini: Video: Bagaimana Pemilik Tannery Mengembangkan Bisnis Kecantikan Lokal (mfa/mfa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *