Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Money

Direstui Jokowi, Ini Penjelasan Kenapa Harga Gabah Cuma Naik Rp1.000

JAKARTA, CNBC Indonesia – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arif Prastyo Adi menjelaskan alasan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru ditetapkan pada awal Juni 2024. Ia mengatakan, pembentukan HPP baru ini diharapkan dapat melindungi kepentingan petani di hulu, sehingga harga gabah/beras tidak turun di tingkat produsen.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui kenaikan HPP serealia dan beras. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perusahaan) Nomor 4 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Perusahaan Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Harga Pabrik Gandum dan Beras.

HPP yang ditetapkan melalui Perusahaan Nomor 4 Tahun 2024 akan menjadi acuan Perum Bulog dalam menentukan stok beras negara (CBP) produksi dalam negeri.

Dalam aturan tersebut, HPP Panen Gabah Kering (GKP) di tingkat petani akan dinaikkan sebesar Rs 1.000 dari besaran HPP yang ditetapkan pada 30 Maret 2023. 6/2023.

Sebelumnya, besaran HPP untuk GKP ditetapkan sebesar Rp 5.000 per kg di tingkat petani dan Rp 5.100 per kg di tingkat pabrik. Kemudian harga Gabah Kering Tanah (GKG) di tingkat penggilingan ditetapkan sebesar Rp6.200 per kg dan di gudang prom bolog sebesar Rp6.300 per kg. Sedangkan HPP beras di gudang Bulog dipatok Rp 9.950 per kg.

Sekarang, dengan perusahaan baru no. 4/2024, HPP GKP naik menjadi Rp 6.000 per kg untuk petani dan Rp 6.100 per kg untuk penggilingan, HPP GKG naik menjadi Rp 7.300 per kg untuk penggilingan dan Rp 7.400 untuk Bulog. Pasalnya HPP beras di gudang Bulog adalah Rp 11.000 per kg.

Besaran kenaikan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan petani yang mengharapkan GKP bagi petani mencapai Rs 7.000 atau meningkat sebesar Rs 2.000 dari tahun 2023.

Dan tidak ada perubahan dari relaksasi yang sebelumnya diterapkan Bapanas pada April hingga Juni 2024. Relaksasi sementara HPP serealia dan beras sebesar Rp 6.000 per kg untuk GKP di tingkat petani. Hal tersebut ditegaskan dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2024 tentang fleksibilitas harga pembelian gabah dan beras dalam rangka pelaksanaan cadangan beras pemerintah.

Pembangkit listrik ditentukan oleh struktur biaya berapa gabah kering yang dipanen, berapa beras. Itu juga perlu mendapat perhatian.” Dalam Rapat (RDP) dan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin (10/4/2024).

Aref menjelaskan, Proses penentuan besaran produksi listrik gabah/beras dengan mempertimbangkan berbagai aspek, khususnya 3 jalur, telah melalui serangkaian diskusi panjang dengan pemangku kepentingan beras. Mulai dari tingkat produsen, pedagang dan konsumen.

Ia mencontohkan, hal ini diharapkan bisa menjadi jaring pengaman tanaman pangan dan padi agar harganya tidak turun banyak saat musim panen.

Badanas selalu melibatkan pemegang saham, HKTI, KTNA, sahabat Serikat Petani Indonesia (SPI), Perpadi, serta komunikasi dengan beberapa anggota Komisi IV. Dengan menetapkan harga GKP dari Rp 4.200, kemudian menjadi Rp 5.000,- 6.000.000, jelas Aref : Berdasarkan input pertanian seperti hari, jumlah tenaga kerja, sewa lahan yang masih terus meningkat, kami sudah melakukan pengecekan pupuk, bibit, dll.

Dia menegaskan keseimbangan hulu dan hilir diperhatikan pemerintah.

Perintah tersebut juga disampaikan Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke Dumai, Riau, Sabtu (6/1/2024). Ia menekankan pentingnya mencari keseimbangan harga yang tidak hanya bermanfaat bagi petani, tetapi juga terjangkau oleh masyarakat.

“Tidak mudah mencari keseimbangan seperti itu. (Kita perlu) membahagiakan rakyat, membahagiakan petani,” kata Jokowi. Tonton video di bawah ini: Para ahli soroti peningkatan impor pangan di masa pemerintahan Jokowi yang hampir dua kali lipat (dce/dce)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *