Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Syariah

IHSG Loyo Dibebani Kinerja 5 Saham Big Cap Ini

JAKARTA, CNBC INDONESIA – Indeks Harga Saham Terintegrasi (IHSG) terpantau terkoreksi pada sesi I perdagangan Selasa (11/6/2024) di tengah sikap wait and see investor. AS) data inflasi minggu ini.

Hingga pukul 12.00 WIB IHSG terkoreksi 0,17% menjadi 6.909.699. Meski terkoreksi, IHSG tidak mencapai level psikologis 6.800 pada sesi I hari ini.

Nilai Indeks IX hari ini mencapai sekitar Rp 3,8 triliun dengan 8,6 miliar saham diperdagangkan sebanyak 507.528 kali. Sebanyak 219 saham mendapat peringkat tinggi, 313 saham turun, dan 235 saham turun.

Secara sektoral, sektor industri menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 1,8%.

Selain itu, banyak saham yang terpantau tertekan IHSG pada sesi pertama hari ini (akhir). Ini daftarnya.

Emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG dengan mencapai 10,6 poin indeks pada Fase I hari ini. Selain TLKM, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menguasai 10,3 persen indeks tersebut.

IHSG cenderung melemah di tengah spekulasi dan sentimen investor menunggu rilis data inflasi AS pekan ini dan rilis Bank Sentral AS (Federal Reserve AS) Kamis pagi waktu Indonesia.

Pada Rabu malam waktu Indonesia, Amerika Serikat akan merilis data inflasi Mei 2024. Konsensus saat ini memperkirakan inflasi umum akan terus meningkat sebesar 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) seiring melambatnya inflasi inti. 3,5% tahun lalu.

Jika data inflasi keluar, skenario terburuknya adalah kebijakan pengetatan The Fed akan bertahan lebih lama dari perkiraan. Pasar kini semakin pesimistis tidak akan ada penurunan suku bunga pada tahun ini.

Berdasarkan perhitungan CME FedWatch Tool, terdapat kemungkinan 97,8% suku bunga akan dipertahankan pada pertemuan minggu ini, satu hari setelah rilis inflasi. Sementara itu, penurunan suku bunga pada bulan September semakin turun menjadi 46,6%, meski akhir pekan lalu masih di atas 50%.

Pada awal Maret, sembilan dari 19 pejabat Fed melihat peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 0,75% pada akhir tahun. Perkiraan tersebut didasarkan pada “point plan” pejabat Fed sebesar 4,5-4,75%, atau perkiraan rata-rata sebesar 4,6% hingga akhir tahun.

Rata-rata menunjukkan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 0,75% atau tiga kali lipat sebesar 0,25% pada akhir tahun.

Sementara itu, hanya dua pejabat yang memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada 5,25-5,5% hingga akhir tahun 2024.

Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed kini lebih lambat dari perkiraan. Jika suara The Fed masih ambigu pada pertemuan tertutup ini, maka volatilitas di pasar keuangan akan terus berlanjut, terutama pada aset-aset berisiko, termasuk pasar saham Indonesia.

Riset CNBC Indonesia

Pasar@Jurnal Berita

Disclaimer: Artikel ini merupakan produk media berupa komentar dari Riset CNBC Indonesia. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca membeli, menjual, atau menjual produk atau investasi terkait. Keputusan ada di tangan pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan apa pun yang diakibatkan oleh keputusan ini. Simak video di bawah ini: Koreksi Saham Prajogo Pangestu (chd/chd) Belum Kembali ke IHSG 7.000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *