Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Opini

Ketika Pertumbuhan PNBP Atas Layanan Pemerintah Melandai

Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP merupakan sumber penerimaan negara selain pajak. PNBP merupakan dana kerja mengingat masih banyak daerah PNBP yang penghimpunannya masih dapat dikembangkan.

Terlihat pada periode 2015 hingga 2022, realisasi PNBP lebih besar dibandingkan penerimaan pajak. Jika realisasi penerimaan pajak pada periode tersebut meningkat sebesar 64%, maka PNBP dari jasa pemerintah akan meningkat sebesar 140% pada periode yang sama.

Sesuai dengan misinya, PNBP dibagi menjadi enam kelompok besar, yaitu Pemanfaatan Sumber Daya, Pengelolaan, Pengelolaan Berbagai Kekayaan Negara, Pengelolaan Kekayaan Negara, Pengelolaan Keuangan, dan Hak Negara Lainnya.

Apakah tren pertumbuhan PNBP akan terus berlanjut di masa depan? Di sinilah pemerintah harus berhati-hati. PNBP dari unsur aktif akan segera mencapai jatuh tempo dan mulai berkurang besarnya. Pasalnya, jumlah masyarakat yang menggunakan layanan ini sudah mencapai angka yang tinggi.

Kenapa ini terjadi? Beberapa pekerjaan pemerintah yang memungut PNBP ditawarkan satu kali dan jumlah pekerjaan tersebut tidak dapat ditambah. Apa contohnya? Pelayanan terkait dokumen kependudukan antara lain dokumen paspor atau surat izin mengemudi.

Peringatan akan kelanjutan PNBP terhadap proyek-proyek tersebut karena pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus menurun. Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2023 tercatat hanya sebesar 1,13 persen atau terendah dalam delapan tahun terakhir.

Penurunan pertumbuhan penduduk ini berdampak pada berkurangnya jumlah pengguna layanan pemerintah di masa depan. Fungsi pemerintahan pertama yang terkena dampak penurunan jumlah penduduk adalah pencatatan perkawinan.

Kegiatan pencatatan perkawinan merupakan indikator pertama yang memprediksi perkembangan generasi penerus jenis ini. Apabila jumlah pelayanan yang diberikan mengalami penurunan, maka dapat diasumsikan bahwa pengguna pelayanan publik akan mengalami penurunan.

Penurunan PNBP pelayanan pencatatan perkawinan jelas tidak dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan penduduk. Ada alasan lain mengapa tujuan PNBP untuk proyek-proyek ini tidak tercapai. Dua faktor utama yang mempengaruhi hal ini adalah meningkatnya usia remaja yang menikah dan fakta bahwa jumlah pernikahan di kalangan remaja semakin sedikit.

Sementara itu, rata-rata usia muda yang akan menikah mulai mengalami perubahan. Bukan pertemuan di awal usia 20-an, melainkan perubahan menjelang akhir usia 20-an. Hasil survei yang dilakukan BPS menunjukkan, jumlah generasi muda yang menikah pada tahun 2023 adalah 30,61% dari jumlah penduduk Tanah Air. bahkan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 42,64%.

Peningkatan rata-rata usia ini menyebabkan penurunan pencatatan perkawinan setiap tahunnya. Dampaknya, jumlah pencatatan perkawinan pada tahun 2023 akan mencapai angka terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2023 hanya terdapat 1,58 juta pencatatan perkawinan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 2 juta per tahun.

Sifat pernikahan juga mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika masyarakat dahulu menyukai pesta yang mahal, maka masyarakat zaman sekarang lebih menyukai gaya pesta.

Tak hanya biaya pesta, biaya administrasi juga diperhatikan agar semurah mungkin. Sistem pernikahan yang lebih kecil rupanya berdampak pada penurunan PNBP untuk layanan pencatatan pernikahan.

Biaya administrasi terkait pencatatan pernikahan dapat dikurangi dan dalam beberapa kasus dapat digratiskan. Mengundang wedding planner dari kantor merupakan hal yang mahal bagi generasi sekarang.

Namun, mendaftarkan pernikahan Anda di kantor pada jam kerja tidak dipungut biaya. Hal ini yang menjadi tren di kalangan pemuda namun menjadi ancaman bagi pemerintah terkait keberhasilan PNBP.

Masyarakat masa kini menyadari bahwa kegiatan manajemen tidaklah efektif baik dilakukan di dalam kantor maupun di luar kantor. Oleh karena itu, dengan mencatatkan perkawinan di kantor, tercapai dua tujuan sekaligus, yaitu mahal dan membayar hak asasi manusia.

Apa dampak pemerintah terhadap hal di atas? Usulan anggaran untuk membiayai pelayanan pencatatan perkawinan pada tahun 2022 tidak mencapai target. Jika pada tahun 2022 sasaran PNBP proyek-proyek tersebut sebesar Rp891,86 miliar, maka realisasinya sebesar Rp781,90 miliar atau 87,66%.

Pada tahun 2023, capaiannya masih belum diketahui mengingat laporan keuangan pemerintah pusat sedang dalam tahap penyusunan. Namun, tujuan tersebut mungkin tidak dapat dicapai.

Kegagalan memenuhi target PNBP akan berdampak buruk pada proyek yang dibiayai PNBP. Beberapa acara akan ditunda atau dibatalkan karena kekurangan dana. Hal ini tentu bisa diatasi dengan menyalurkan kembali dana ke daerah lain yang bukan PNBP, namun hal ini kembali lagi pada persoalan pentingnya proyek tersebut.

Melihat hal tersebut, sebaiknya pemerintah membuat peta dan merencanakan cara penyelesaian permasalahan tersebut. Pentingkah menyiapkan sumber pendapatan lain atau mengembangkan cara baru untuk mencapai misi PNBP, termasuk menganalisis pendapatan dari aset PNBP lainnya?

Menurut masyarakat, sebaiknya pemerintah menyiapkan berbagai langkah sebelum memperlambat pengembangan PNBP. Yang pasti salah satu cara untuk menaikkan biaya layanan yang ditawarkan adalah opsi terakhir yang harus dipilih. (miq/miq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *