Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Entrepreneur

Minuman Surga di Al-Quran Ternyata Ada di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia – Pada ayat 5 dan 6 Surat Al-Insan Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik akan minum dari gelas (yang berisi minuman) yang campurannya adalah air kapur barus, yaitu sumber air di dalamnya. langit yang diminum oleh hamba-hamba Allah, dan mereka dapat memberikan kenikmatan.”

Air kapur barus artinya air kapur barus atau air kapur barus. Menariknya, catatan sejarah menunjukkan bahwa kapur barus disebutkan dalam Al-Qur’an dan banyak kisah Nabi Muhammad tentang Indonesia, menunjukkan besarnya jaringan perdagangan suku kita.

Bagaimana tentang itu?

Perhatikan bahwa pohon kapur barus tidak dapat tumbuh di Timur Tengah. Oleh karena itu, seseorang wajib membawa selendang dari luar daerah. Dalam proses impornya, tidak sulit mendapatkan kapur barus. Sebab, kapur barus telah diperdagangkan di sebagian besar dunia sejak abad ke-4 M, tiga abad sebelum turunnya Al-Qur’an.

Adapun lokasi produksi kapur barus, sumber berbahasa Arab merujuk pada wilayah Fansur. Peneliti Perancis Nouha Stephan dalam “Kamper dalam Sumber Arab dan Persia: Produksi & Penggunaannya” menganalisis teks-teks tradisional yang menyebutkan Fansur. Salah satu yang dicermatinya adalah uraian ahli geografi Ibnu Sa’id al Magribi. Ibnu Sa’id yang meninggal pada akhir abad ke-13 dengan jelas menyatakan bahwa Fansur yang memproduksi kapur barus berasal dari Pulau Sumatera.

Selain itu juga dikemukakan oleh arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam Fansur Kuno, Atlantisnya Aceh (2013). Dikatakannya, Fansur terletak di wilayah Aceh bagian barat. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi mengenai letak geografis dan data perdagangan dari catatan tertulis yang menyebutkan nama Panchu sebagai penghasil kapur barus.

Bukti empiris tambahan dikemukakan oleh Claude Guillot dalam A Thousand Years Ago (2008) karya Baru. Ia menetapkan ada tiga wilayah yang menjadi tempat tumbuhnya kapur barus yang mendapat perhatian besar, yakni Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kalimantan (Kalimantan). Namun yang dimaksud oleh para sejarawan adalah tempatnya, yakni wilayah Barus di Sumatera.

“Dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar atau seluruh kapur barus yang diperdagangkan sebelum abad ke 10 Masehi dan penemuan kapur barus di Kalimantan berasal dari Sumatera bagian utara yaitu Barus,” tulis Guillot.

Jika merujuk pada klaim Guillot, kapur barus yang tertulis dalam Alquran dan sejarah Nabi Muhammad SAW atau yang digunakan untuk melindungi mumi di Mesir berasal dari Barus, Sumatera.

Lebih lanjut dalam Islam dalam Sejarah Modern Indonesia (2020), sejarawan Jajat Burhanudin menyebutkan Barus sudah dikenal sejak lama dalam dunia perdagangan. Padahal, nama Barus sudah dikenal sebagai kota kuno sejak abad ke-1 Masehi. berdasarkan tulisan sarjana Romawi, Ptolemy. Dalam banyak kasus, pedagang Arab mengunjungi wilayah tersebut melalui jalur khusus.

Jajat berspekulasi bahwa bangsa Arab dan Persia datang ke Barus langsung dari Samudera Pasifik, melewati Ceylon dan mencapai pantai barat Sumatera. Saat ini Barus ditemukan sebagai tempat pembuatan kapur barus, dan berkembang menjadi pelabuhan penting di Sumatera.

Barus kemudian menjadi pelabuhan penting pada masa Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-10. Denys Lombard dalam Nusa Java Cross Culture (1996) menyatakan bahwa kapur barus menjadi sangat populer di pasar internasional. Banyak imigran Arab yang datang ke sana menggunakan kapal besar untuk mengangkut kapur barus.

Baru-baru ini, kapur barus memainkan peran penting tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga dalam agama. Belakangan, sejarah Indonesia menulis berkat perdagangan kapur barus, terjadi proses Islamisasi di Tanah Air pada abad ke-7 Masehi. Sampai saat ini kapur barus masih diperdagangkan di Barus. Tonton video di bawah ini: Video: Dasar Keuangan Bisnis Kopi (mfa/sef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *