Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

News

Ngeri Rupiah Makin Tergencet, Pengusaha Teriak Desak Lakukan Ini

JAKARTA, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah ke level terparah sejak pandemi Covid-19. Nilai tukar terhadap dolar AS melemah ke level terendah sejak Maret 2020, yakni sebesar 16.475 terhadap dolar AS pada Jumat (21/6/24).

Investor juga berharap pemerintah bertindak cepat dan tidak butuh waktu lama hingga nilai mata uang semakin terpuruk, karena akan meningkatkan nilai uang dan lebih dapat diandalkan.

Kami sangat berharap pemerintah ke depan bisa mengendalikan rupiah, tidak terganggu oleh dolar Amerika, ini yang kami tegaskan,” kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jakarta Norjaman. Jumat (21/6/2024).

Keseriusan pemerintah tidak terbatas pada penggunaan alat-alat yang dimiliki departemen dan organisasi saat ini. Namun unit khusus akan dibentuk untuk mengelola kelemahan mata uang dolar AS.

Katanya, sekarang sudah ada kelompok pengendali inflasi di daerah dan pusat, kita berharap ada kelompok yang mengendalikan mata uang, karena mata uang sedang tertekan, ini membuat kita semua khawatir dan dolar AS sedang menguat. sepanjang waktu. . Ini yang harus kita selamatkan bersama,” kata Narjaman.

Jika tidak ada langkah konkrit yang diambil, situasi ketenagakerjaan semakin mengkhawatirkan. Semakin lama dibiarkan, dampaknya bisa mengurangi tenaga kerja, terutama pada industri yang sangat bergantung pada produk luar negeri.

“Kami berharap pemerintah akan memastikan bahwa uang itu tetap terjaga sepanjang waktu. Yang kita khawatirkan adalah dampaknya ke depan, dengan melemahnya dolar dan rupee. “Kita kurangi pegawainya, tambah yang sekarang,” ini kelanjutan dari peningkatan kelulusan perguruan tinggi. Kemarin ditemukan 9 juta pengangguran, dimana ini akan terjadi? Apa saja kehilangan pekerjaan? Kami sangat berharap demikian. Kontinuitas pekerja dan pengusaha,” kata Narjaman.

Di sisi lain, daya beli masyarakat untuk membeli barang dengan harga tinggi melemah.

“Harga di cerita ini kurang bagus, kita sudah di bawah Rp 16.000 per dollar AS, harganya sudah tinggi karena bahan bakunya semakin banyak, sehingga akan meningkatkan juga biaya produksinya.” naik, kita bunuh, daya beli masyarakat turun,” kata Noorjaman.

“Kita harus hati-hati agar perusahaan tidak menjadi kambing hitam, sebenarnya kita bukan masyarakat yang mengharapkan harga barang naik, tapi karena semakin tinggi biaya produksi maka semakin tinggi pula harga barangnya. Ongkos produksi akan tinggi, daya beli menurun, itu yang kita khawatirkan,” tutupnya. Tonton video di bawah ini: Video: Melemahnya Rupee Membawa Industri, Meningkatnya PHK dan Penutupan Pabrik (dce)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *