Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Pilpres 2024
Sebagai pegiat pariwisata yang sudah berkiprah selama 20 tahun, saya sangat menyadari bahwa isu pariwisata belum menjadi isu kerakyatan dalam politik demokrasi Indonesia. Isu pariwisata masih kalah populer dibandingkan isu-isu praktis politik, ekonomi atau pertahanan seperti belanja alat utama sistem senjata (Alucista).
Sekilas mungkin ada yang bilang saya “naif” mengangkat isu pariwisata yang masih kalah populer dibandingkan isu lainnya. Saya sangat memahami pernyataan seperti itu dan tidak menyangkalnya. Namun, setelah politik demokrasi menerapkan sistem satu orang satu suara, isu pariwisata menjadi raksasa tidur. Saya akan evaluasi mengapa julukan ini layak diberikan kepada pariwisata. Pariwisata adalah raksasa yang sedang tidur. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya terdapat 33 juta orang yang menjadi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf). Pariwisata dan ekonomi kreatif perlu dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena pariwisata tentunya melibatkan kegiatan kreatif. Pariwisata adalah tempat di mana imajinasi manusia menemukan rumahnya.
Melihat banyaknya data para pelaku wisata kreatif, dengan menggunakan perspektif single person of one vote, maka isu pariwisata bisa dikatakan mampu menyumbang 33 juta suara. Jumlahnya sangat besar. Fantastis.
Jumlah ini bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan klaster Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang kerap menjadi perbincangan nasional. Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), hingga November 2023, jumlah PMI sebanyak 19.501 orang. Secara kumulatif Januari-November 2023 jumlahnya mencapai 257.476 orang.
Selain soal angka, potensi ekonomi sektor kerajinan uap juga luar biasa. Berdasarkan laporan United Nations World Tourism Organization (UNWTO), pada tahun 2022, pendapatan negara-negara yang peduli terhadap masalah pariwisata bisa mencapai puluhan hingga ratusan miliar dolar.
Amerika Serikat menempati urutan pertama dengan $132 miliar, Spanyol $73 miliar, Inggris $68 miliar, Uni Emirat Arab $61 miliar, Prancis $60 miliar, Italia $44 miliar, Turki $41 miliar, dan Jerman $32 miliar.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, per September 2023, kontribusi pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 3,83%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,6%. Per September 2023, nilai devisa pariwisata Indonesia mencapai $10,46 miliar.
Jika digabungkan dengan dua angka besar yaitu jumlah pelaku pariwisata dan wisata kreatif serta potensi ekonomi dari pariwisata dan wisata kreatif, maka sangat tepat jika isu pariwisata disebut raksasa tidur. Kita perlu membangunkan raksasa ini untuk menjadi suara dan roda perekonomian yang luar biasa.
Satu kartu tikus bulat. Sekali lagi saya tekankan, dengan potensi perolehan suara sebesar 33 juta suara, isu pariwisata belum mampu menjamin kemenangan pada Pilpres 2024. Bahkan dapat memastikan kemenangan satu putaran bagi mereka yang ahli dalam mengerjakannya.
Bisa juga dikatakan bahwa para pelaku wisata kreatif merupakan kelompok swing voter yang jumlahnya sangat besar. Selama ini swing voter seringkali hanya merujuk pada pemilih muda yaitu generasi milenial dan generasi Z. Acuannya berdasarkan data, 52% Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilu 2024 merupakan pemilih muda.
Dengan jumlah suara yang mencapai ratusan juta suara, partai politik dan tokoh politik berlomba-lomba memainkan isu-isu milenial dan gen untuk mendapatkan suara. Kita semua pernah melihat ini.
Jadi, di sana saya melihat peluang besar dalam isu pariwisata. Karena berbagai pihak hanya fokus pada pemilih muda, mereka lupa bahwa pelaku wisata kreatif juga merupakan kelompok besar swing voter.
Berdasarkan pengamatan saya, sejauh ini belum ada partai politik atau tokoh politik yang fokus memainkan isu pariwisata. Oleh karena itu, bagi mereka yang melihat peluang dan piawai memainkan isu pariwisata akan mendapat potensi suara sebanyak 33 juta suara.
Khusus membahas Pilpres 2024, dengan berbagai rilis survei yang menunjukkan elektabilitas tertinggi berkisar 40 persen, isu pariwisata bisa menjamin kemenangan dalam satu putaran. Jika isu pariwisata serius dibenahi, ada potensi 33 juta suara yang bisa memastikan kemenangan pada Pilpres 2024.
Sebagai penutup, saya ingin mengajak kalian semua untuk melihat raksasa yang selama ini tertidur. Raksasa itu harus dibangunkan. Namanya pariwisata, khususnya pariwisata elektoral. (mikrofon / mikrofon)