Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Research

Pekan Bergejolak: “Tsunami” Sentimen AS & Fed, Kabar Inflasi-Investasi

IHSG dan rupee melemah pada pekan lalu karena faktor internal dan eksternal. Inflasi yang cukup tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia ditutup melemah pada pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, begitu pula dengan surat utang negara (SBN) yang kembali dilepas investor asing.

Pasar keuangan diperkirakan akan cukup fluktuatif pada minggu ini dengan banyaknya agenda dan data yang keluar. Lebih detail mengenai proyeksi dan sentimen pasar pada minggu ini dapat dibaca di halaman 3 artikel ini

Pada perdagangan Jumat (26/4/2024), IHSG ditutup menguat 1,67% atau 119,22 poin secara harian ke posisi 7.036,07. Sementara itu, IHSG turun 0,72% secara mingguan.

Posisi penutupan IHSG ini merupakan yang terendah sejak 27 November 2023 atau sekitar lima bulan terakhir.

Sepekan terakhir, IHSG berhasil ditutup hijau dalam dua hari dan selama tiga hari IHSG tercatat berada di zona merah. Bahkan, penurunan IHSG pada akhir Jumat lalu merupakan yang terparah sejak 26 Oktober 2023 saat IHSG turun 1,75%.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 14,72 triliun dengan 16,98 miliar saham berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 153 saham menguat, 422 saham melemah, dan 203 saham mendatar. Investor asing mencatatkan jual bersih hingga Rp 2,16 triliun di seluruh pasar.

Penurunan IHSG didorong oleh penurunan solid di seluruh sektor. Penurunan tertinggi dipimpin oleh sektor cyclical, kesehatan, keuangan, energi, dan non-cyclical yang turun lebih dari 1%.

Saham bank raksasa yakni Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi penghambat terbesar IHSG dengan 37 poin indeks. Sedangkan Bank Mandiri (BMRI) sebesar 18,2 poin indeks, Bank Central Asia (BBCA) sebesar 10,3 poin indeks, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar 5,4%.

Sementara di pasar valuta asing, rupiah melemah terhadap dolar AS. dia. Dolar sebesar 0,12% pada Rp 16.205/AS. dia. Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif rupiah hingga dua hari berturut-turut.

Meski melemah, rupiah menguat 0,28% dalam sepekan. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pelemahan 2,52% pada pekan lalu. Sedangkan rupiah terpuruk 2,24% dalam sebulan.

Penurunan IHSG dan rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Hal ini benar-benar di luar ekspektasi mengingat jajak pendapat yang dihimpun CNBC Indonesia terhadap 14 lembaga menunjukkan mayoritas memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga di level 6%.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 bp menjadi 6,25%,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Varjiyo saat konferensi pers online, Rabu (24/4/2024). 2024) 2024) mengatakan).

Kenaikan suku bunga dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar modal. Ketika suku bunga naik, investor cenderung beralih ke instrumen investasi yang menawarkan return lebih tinggi, seperti obligasi, dibandingkan saham.

Hal ini menyebabkan harga saham turun karena permintaan turun. Di sisi lain, obligasi yang sudah beredar mengalami penurunan nilai karena imbal hasil (yield) menjadi kurang menarik dibandingkan dengan tingginya suku bunga yang ditawarkan obligasi baru.

Selain itu, kenaikan suku bunga juga membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal bagi perusahaan atau individu yang ingin meminjam uang, sehingga dapat mengurangi investasi dan belanja konsumen. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Sektor perbankan yang menjadi penopang IHSG juga mengalami tekanan yang cukup besar akibat meningkatnya risiko gagal bayar akibat tingginya suku bunga dan berkurangnya penyaluran kredit.

Berbagai emiten juga akan terkena dampak negatif langsung, mulai dari real estate, sektor teknologi, hingga otomotif.

Kemudian, jika dilihat dari imbal hasil obligasi pemerintah (SBN) berdurasi 10 tahun, tercatat imbal hasil meningkat menjadi 7,2% pada Jumat (26/4/2024).

Perlu diketahui, hubungan antara imbal hasil dan harga SBN berbanding terbalik, artinya ketika imbal hasil turun maka harga obligasi naik, yang menunjukkan minat investor mulai kembali ke SBN.

Berdasarkan data transaksi 22-25 April 2024 yang dirilis BI, investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 2,47 triliun. Penjualan bersih tersebut terdiri dari penjualan bersih di pasar SBN sebesar Rp2,08 triliun, penjualan bersih di pasar saham sebesar Rp2,34 triliun, dan pembelian bersih pada Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (BPRS) sebesar Rp1,95 triliun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *