Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Market

RBC Capai 547%, Analis Ungkap Kekuatan Asuransi TUGU

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mencatatkan kekuatan permodalan korporasi yang solid, dengan rasio risk-based capital (RBC) TUGU sebesar 547%.

Data tersebut ditentukan berdasarkan laporan keuangan non-konsolidasi induk perusahaan per April 2024. Nilai tersebut meningkat dibandingkan level 530% pada akhir tahun.

TUGU mencatatkan total solvabilitas sebesar Rp 4,25 triliun, sedangkan modal minimum berbasis risiko (MMBR) sebesar Rp 778 miliar.

Sebagai informasi: RBC merupakan indikator yang menggambarkan kekuatan dan derajat solvabilitas suatu perusahaan asuransi. Nilai RBC sendiri ditentukan dengan menghitung selisih antara aset dan liabilitas yang diperbolehkan (tingkat solvabilitas) dibagi MMBR.

Sedangkan harta yang diperkenankan adalah jumlah harta yang diperbolehkan untuk perhitungan solvabilitas berdasarkan peraturan perundang-undangan perasuransian.

Likuiditas TUGU yang tinggi secara umum menunjukkan kualitas aset TUGU yang baik. Pasalnya, RBC TUGU masih jauh di atas batas minimal 120% yang diperbolehkan regulator OJK.

Berdasarkan catatan Edo Ardiansyah Phillip Sekuritas, salah satu dari 11 perusahaan asuransi umum berstatus publik di Indonesia, rasio RBC sebesar 387% pada April 2024. Menurut dia, likuiditas sektor asuransi umum masih dalam kondisi baik.

Namun, Edo juga menyebutkan rasio asuransi umum RBC pada April lebih rendah dibandingkan akhir Desember 2023 yang sebesar 431 persen. Situasi ini kontras dengan posisi TUGU di RBC yang justru meningkat.

“Posisi RBC TUGU jauh di atas persyaratan minimum dan di atas industri. Hal ini menunjukkan solidnya kemampuan perseroan dalam menyerap berbagai risiko yang ada,” kata Edo, Jumat (7/6/2024).

Ia juga menjelaskan, kondisi pasar keuangan yang bergejolak dengan kenaikan imbal hasil obligasi, volatilitas harga saham, dan tren devaluasi rupee akan berdampak pada industri asuransi umum. Perusahaan asuransi dengan modal kuat dan solvabilitas tinggi mempunyai keuntungan dalam hal ini.

“RBC memperhitungkan risiko yang berbeda-beda. Ketika nilai RBC tinggi maka kemampuan menyerap risiko lebih baik, antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko asuransi, dan risiko operasional,” kata Edo.

Terkait depresiasi rupee, Kanaka Hita Solvera, Analis Raditya Krisna Pradana, menjelaskan hal ini patut menjadi perhatian bagi industri asuransi umum, khususnya yang terekspos risiko nilai tukar mata uang asing.

Namun dalam kasus TUGU, risiko devaluasi rupee dapat dikelola dengan baik karena perusahaan berada dalam posisi yang solid dengan menerapkan strategi untuk mengurangi mismatch antara aset terjamin dan liabilitas dalam mata uang asing.

Dari sisi hasil keuangan, TUGU membukukan laba sebesar Rp 267,7 miliar pada empat bulan tahun 2024, atau meningkat 96,1% tahun-ke-tahun (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 136,5 miliar .

TUGU mencatatkan hasil underwriting sebesar Rp302,9 miliar pada April 2024. Hasil underwriting TUGU tumbuh pesat sebesar 58,5% YoY sejak April 2023 yaitu hanya Rp191,2 miliar.

Simak video berikut ini: Video: Rupiah Masih Lesu, Betapa Menariknya Investasi di Pasar Keuangan Indonesia (mkh/mkh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *