Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Ragam

Tangan Kanan Erick Thohir Ungkap Ada Rekayasa Keuangan di Kimia Farma

Jakarta, CNBC Indonesia – Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan informasi keuangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan salah satu ciri financial technology. (KAEF). Temuan ini diproses pada bagian berikutnya.

“Ini mesin keuangannya,” ujarnya saat ditemui di Gedung Pegadaian Jakarta, Rabu (5/6).

Lanjut Arya, dalam hal ini sebagai financial engineer untuk distribusi. Yang disebut peringkat ini diperoleh dari audit internal perusahaan.

“Dalam hal ini [Kimia Farma] meningkatkan, seperti distribusi dll. Sepertinya penjualannya bagus, padahal kurang bagus. Anaknya di KAEF,” jelasnya.

Selain itu, permasalahan lain yang dihadapi Kimia Farma adalah banyak pabrik yang dianggap tidak berkinerja baik dan keuangan perusahaan yang bermasalah.

“Apalagi di pabrik KAEF ada masalah. Di banyak pabrik kurang bagus. Oleh karena itu, 5 dari 10 pabrik dikuasai.”

Arya juga mengatakan Kementerian BUMN bisa melimpahkan kasus Kimia Farma ke Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk dipertimbangkan lebih lanjut.

“Ya bisa saja (dikirim ke Kejaksaan Agung). Sedang didalami, baru dibawa ke sana. Kita kerja cepat,” ujarnya.

Namun, saat ini belum ada rencana pergantian direksi Kementerian BUMN. “Belum, belum. Kalau terungkap nanti dikendalikan, itu saja,” tutupnya.

Sebelumnya, Badan Usaha Milik Negara PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) meningkat Rp 1,48 triliun pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, melaporkan kerugian tahun berjalan sebesar Rp 190,4 miliar oleh investor.

Sedangkan jumlah kerugian komprehensif pemegang saham dari operasi yang dilanjutkan pada tahun 2024 sebesar Rp1,47 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp121,7 miliar.

Menyatakan laporan keuangan, di saat BUMN membukukan penjualan bersih sebesar Rp 9,96 triliun pada tahun 2023, 7,93% year-on-year menjadi Rp 9,23 triliun, kerugian harga komoditas meningkat 25,83% menjadi Rp 6 mencapai 86 triliun dari sebelumnya. Rp5,45 triliun.

Sebab, total pendapatan perseroan turun menjadi Rp3,10 triliun dari sebelumnya Rp3,77 triliun.

Selain itu, perseroan juga melaporkan beban usaha yang meningkat 35,4% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp4,66 triliun-Rp3,44 triliun.

Beban keuangan perseroan pun meningkat sebesar 18,4% menjadi Rp622,8 miliar pada tahun 2022 dari Rp525,6 miliar pada tahun 2022.

Pada akhir Desember 2023, total aset perseroan tercatat sebesar Rp17,58 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp19,79 triliun. Tonton video di bawah ini: Video: Rupee masih lesu, investasi menarik di pasar saham Indonesia (rob/ayh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *