Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Market

Terungkap, Ini 5 Saham yang Bikin IHSG Melesat 1,24%

JAKARTA, CNBC Indonesia-Indeks Saham Gabungan (IHSG) kembali hingar-bingar pada sesi perdagangan Jumat (17/5/2024), karena investor berharap era suku bunga tinggi akan segera berakhir pasca inflasi di Amerika Serikat. Adalah. Amerika Serikat) mencapai kemajuan yang moderat.

Hingga pukul 09:47 WIB, IHSG menguat 1,24% di 73336.91. IHSG akhirnya kembali menyentuh level psikologis 7300 pada sesi I, dimana IHSG terakhir kali berada di level psikologis tersebut pada akhir Maret lalu.

Saat ini, nilai perdagangan indeks pada putaran pertama mencapai Rp3,1 triliun dengan volume perdagangan 4,7 miliar saham dan 311.990 perdagangan.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penyumbang terbesar IHSG hari ini yaitu sebesar 1,82%.

Beberapa saham juga menjadi penopang IHSG hari ini. Ini menunya.

Distributor Energi Baru Terbarukan (EBT) milik Prajogo Pangestu lagi-lagi PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) menjadi penopang utama IHSG hari ini dengan raihan 15,7 poin indeks.

IHSG kemarin kembali cerah dan ceria di tengah penurunan obligasi pemerintah AS (US Treasuries). Imbal hasil pada obligasi Treasury 10-tahun turun menjadi 4,36 persen dari sekitar 4,5 persen sebelumnya.

Pelemahan imbal hasil Treasury menyusul perlambatan laju inflasi AS pada April 2024. Inflasi yang lambat memberikan harapan pasar bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga.

Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,4 persen (dalam basis tahun ke tahun) pada bulan April, jauh di bawah ekspektasi para analis dan menunjukkan tren yang jelas menuju penurunan inflasi lebih lanjut.

Investor menyukai perlambatan karena ini berarti harga masih naik, namun dengan kecepatan yang lebih berkelanjutan. Hal ini juga mempengaruhi tingkat suku bunga, termasuk biaya meminjam uang untuk segala hal mulai dari kartu kredit hingga pinjaman mobil dan suku bunga hipotek.

Federal Reserve terus menargetkan inflasi sebesar 2 persen. Jika The Fed berpikir inflasi sedang melambat menuju angka tersebut, maka mereka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga utamanya dari sekitar 5,5 persen, yang telah terjadi selama sekitar satu tahun.

Jika suku bunga turun, maka akan mengurangi biaya bulanan yang dihadapi dunia usaha dan konsumen.

Jika Federal Reserve memangkas suku bunga karena inflasi yang lebih lambat, hal ini dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menyesuaikan kebijakan moneter, bahkan mungkin menurunkan suku bunga.

Suku bunga rendah meningkatkan daya beli dan investasi dalam negeri, meningkatkan IHSG.

Riset CNBC Indonesia

Pasar@Jurnal Berita

Penafian: Artikel ini merupakan produk Majalah Research Opinion CNBC Indonesia. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca untuk membeli, menahan atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan ini sepenuhnya ada di tangan pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan apa pun akibat keputusan ini. Tonton video di bawah ini: Dividen Royal Coal Distributors Meskipun Dividennya Menurun, Apakah Layak Dikumpulkan? (chd/chd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *