Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Entrepreneur

Tutup Pabrik, Sepatu Bata Bukan Asli Indonesia Tapi Eropa

JAKARTA, CNBC Indonesia – PT Shoes Bata Tbk (BATA) mengumumkan penutupan pabriknya di Purkarta. Para pembuat sepatu ini mengakui bahwa sulit untuk mengelola operasional ketika menghadapi kerugian yang semakin besar. Keputusan ini berdampak pada 230 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Selain permasalahan yang menimpa sepatu Bata, banyak yang belum mengetahui bahwa Bata bukanlah merek sepatu Indonesia. Sebenarnya sepatu Bata merupakan produk Eropa, tepatnya dari Republik Ceko. Kata “Bata” sebenarnya diambil dari pendiri dan penciptanya Tomas Bata.

Tomas adalah seorang pengusaha Ceko. Dengan modal pinjaman ibunya sebesar US$350, ia dan saudara-saudaranya mendirikan pabrik sepatu Bata di Zlin pada 24 Agustus 1894.

Sejak saat itu, ia sering bepergian untuk mencari inspirasi membuat sepatu. Saya juga belajar cara menemukan mesin pembuat sepatu.

Tercatat ia mengunjungi New England (Amerika Serikat/AS) untuk mempelajari cara membuat sepatu dengan mendaftar sebagai buruh di sebuah pabrik sepatu. Hanya ketika dia memiliki pengetahuan yang cukup barulah dia kembali ke Jekya untuk melakukan segala sesuatunya.

Untungnya, sekembalinya ke tanah air, Eropa sedang menghadapi perang yang dikenal dengan Perang Dunia I (1914-1918). Berkat acara tersebut, Bata mendapat pesanan sepatu militer dalam jumlah besar.

Menurut The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014), Bata diketahui mampu memproduksi 50 ribu sepatu pada masa perang. Dengan keuntungan tersebut Bata mampu melakukan ekspansi ke beberapa negara.

Bata berangkat dari Swiss, kemudian pergi ke Inggris, Perancis, Belanda, Kanada, hingga ke negara bagian timur bernama Hindia Belanda. Jejak Bata di Hindia Belanda dimulai pada tahun 1931 dengan berdirinya gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok.

Sebagaimana dijelaskan dalam Entrepreneur Extraordinaire: A Biography of Thomas Bata (1968), Perusahaan Bata dilisensi oleh NV Nederlandsch Indische Schönhandel Matschäppij Bata. Sayangnya, Thomas tidak lama melihat kesuksesan Bata di Hindia Belanda hingga ia terpaksa tewas dalam kecelakaan pesawat pada tahun 1932.

Namun usaha Bata tetap dijalankan oleh putranya. Dan di Hindia Belanda, Bata berhasil menjadi “Raja Sepatu” setelah mendirikan pabrik sepatu Bata di Kalibata pada tahun 1939.

Sejak saat itu, Bata tetap eksis meski menghadapi tantangan. Bahkan, Bata tidak tutup meski di masa sulit sekalipun.

Tak hanya dimiliki orang awam, Sukarno pun tercatat memakai sepatu bata. Berdasarkan keterangan ajudannya, Maulvi Saylan, dalam otobiografinya yang bertajuk Dari Revolusi ’45 hingga Pemberontakan ’66: Kesaksian Wakil Panglima Tjakrabirawa (2001), penyiar itu kedapatan memiliki 3 kotak sepatu Bata. Sepasang sepatu olahraga.

Keberadaan Bata masih berlanjut hingga saat ini. Produk Bata di seluruh dunia merupakan bagian dari jaringan internasional Bata Shoe Company. Di Indonesia, lisensi Bata dipegang oleh PT Shoes Bata Tbk (BATA). Merek ini juga memegang lisensi untuk merek lain seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner. Tonton video di bawah ini: Video: Laba Inti Perusahaan Kopi Indonesia (mfa/sef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *