Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Opini

Desain Sebagai Faktor Kritis Program Fregat Arrowhead 140

Program pembangunan fregat Arrowhead 140 yang dilakukan PT PAL Indonesia mulai menunjukkan kemajuan dengan adanya kegiatan peletakan lunas pada 25 Agustus 2023. Perseroan baru membangun enam blok dari total 161 blok fregat rancangan Babcock, Inggris.

Dengan kata lain, progres programnya hanya sekitar 12 hingga 15 persen, sebuah nilai yang kecil jika berbicara soal kontrak. Kontrak pertama pembangunan kapal mulai berlaku pada 24 Mei 2021 dan 28 bulan dari 57 bulan yang disepakati dengan MOD telah berlalu.

Pembangunan fregat Arrowhead tampaknya menjadi salah satu kegiatan yang menantang bagi PT PAL Indonesia dalam program pengadaan fregat senilai US$1,1 miliar. Tantangan yang dihadapi program ini dimulai dengan kebijakan Departemen Pertahanan untuk melakukan transisi dari fregat kelas Iver Huitfeldt yang dikembangkan OMT ke Arrowhead 140 rancangan Babcock.

Galangan kapal Inggris melakukan perubahan pada gambar desain fregat kelas Iver Huitfeldt pada Arrowhead 140, yang memakan waktu hampir dua tahun. Perubahan desain ini membuat Arrowhead 140 berbeda dengan Iver Huitfeldt, terutama dari segi kemampuan.

Babcock kemudian memperoleh kontrak dari Kementerian Pertahanan Inggris untuk membangun fregat Tipe 31, berdasarkan desain fregat Arrowhead 140. Desain fregat Arrowhead 140 untuk Tipe 31 tidak dilengkapi dengan banyak persenjataan berat, kecuali 57 mm. senjata. Meriam 40 mm, rudal permukaan ke udara Sea Ceptor, dan rudal permukaan ke permukaan dengan status Fit for But Not With.

Hal ini tidak mengherankan karena fregat Tipe 31 merupakan fregat serba guna yang melengkapi fregat Tipe 26. Ketika fregat Tipe 31 beroperasi dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris, fregat Tipe 36 serta kapal perusak Tipe 45 akan fokus pada pengawalan. dari kapal induk. . Tenaga Kerja.

Galangan kapal Inggris juga menjual lisensi desain fregat Arrowhead 140 kepada perusahaan Indonesia PT PAL, dimana pihak pertama memberikan gambar desain dasar kepada pihak kedua berdasarkan syarat pembayaran. Namun hingga saat ini Babcock belum menyerahkan seluruh gambar desain dasar karena terkendala masalah pembayaran.

Merujuk pada rencana awal, PT PAL Indonesia akan melakukan perombakan fregat Arrowhead 140 untuk memenuhi kontrak yang telah ditandatangani dengan Kementerian Pertahanan. Desain ulang ini disebabkan oleh konfigurasi sistem tempur fregat yang berbeda dengan desain fregat Arrowhead 140 asli Babcock, seperti konfigurasi sistem senjata yang lebih mematikan.

Perubahan desain yang perlu dilakukan menimbulkan tantangan besar bagi PT PAL Indonesia dan banyak pihak yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai hal tersebut menyatakan keraguannya. Kecurigaan tersebut didasarkan pada beberapa elemen, seperti fakta bahwa fregat adalah kapal perang yang memiliki struktur kompleks.

PT PAL Indonesia belum memiliki kemampuan teknis yang matang dalam desain fregat, karena desain KCR 60 juga perlu banyak penyempurnaan.

Di antara perubahan yang dilakukan pada desain Arrowhead 140 untuk memenuhi kontrak Departemen Pertahanan adalah perubahan tata letak ruang mesin dan perubahan tata letak beberapa ruangan untuk menampung rudal permukaan-ke-udara jarak menengah, permukaan-ke-udara jarak jauh. rudal udara. -rudal udara, rudal permukaan-ke-permukaan jarak jauh, meriam dan torpedo. Selain itu, bobot kapal perang juga bertambah karena adanya perubahan konfigurasi beberapa senjata tersebut.

Kalaupun perusahaan pelat merah itu mendelegasikan pekerjaan desain ulang fregat Arrowhead 140 kepada swasta di bidang desain kapal perang, kapasitas pihak swasta patut dipertanyakan karena beberapa kapal perang yang dibangun sesuai rencana perusahaan swasta memiliki desain yang berbeda. . masalah terkait.

Selain soal kapasitas desain, kita juga tidak boleh melupakan durasi kontrak saat ini. Sesuai kontrak, PT PAL Indonesia hanya punya waktu sekitar 29 bulan sebelum kapal pertama diserahkan. Babcock belum menyerahkan seluruh desain dasar karena masalah pembayaran perizinan, sehingga proses perubahan desain tersendat dan pengiriman kapal pertama dipastikan akan tertunda.

Kemungkinan besar jadwal pengiriman fregat Arrowhead 140 pertama, yaitu 57 bulan setelah kontrak berlaku, tidak akan dipatuhi. Mengutip banyak pihak yang mengetahui perkembangan fregat tersebut, keterlambatan pengiriman kapal pertama diperkirakan antara satu hingga dua tahun.

Jika terjadi keterlambatan pengiriman kapal pertama, program fregat Arrowhead 140 otomatis akan mengalami pembengkakan biaya yang selalu dihindari para pelaku ekonomi.

Akankah fregat Arrowhead 140 memiliki kemampuan yang lebih mematikan dibandingkan fregat yang saat ini dioperasikan Indonesia? Hal ini akan ditentukan oleh memenuhi atau tidaknya perubahan desain yang dilakukan PT PAL Indonesia dengan spesifikasi teknis yang disepakati dalam amandemen kontrak?

Hingga saat ini sistem pertarungan yang akan digunakan masih terikat dengan kontrak awal karena belum diubah. Perubahan dan penambahan baru menyetujui spesifikasi teknis platform kapal perang.

Tanpa mengubah kontrak sistem tempur, PT PAL Indonesia harus merancang blok terkait sistem persenjataan sesuai konfigurasi awal. Selain itu, upaya Kementerian Pertahanan untuk mengadopsi berbagai subsistem dan senjata elektronik buatan Turki akan menghadapi kendala hukum.

Penting untuk dipahami bahwa model Arrowhead 140 varian Indonesia belum terbukti karena tidak persis sama dengan model asli yang dikembangkan oleh Babcock. Masalah desain yang saat ini menyelimuti program fregat Arrowhead 140 dapat menghalangi Departemen Pertahanan untuk mendapatkan kapal perang yang diharapkan ketika program tersebut diluncurkan.

Masalah desain adalah salah satu dari beberapa masalah yang dihadapi anak perusahaan PT LEN Industri dalam program Arrowhead 140, selain masalah manajemen proyek dan keuangan. Masalah desain sendiri terletak pada kerangka masalah yang lebih besar yaitu desain. Upaya luar biasa diperlukan untuk memastikan program pembangunan kapal perang terbesar di negara ini tidak mengalami nasib seperti beberapa kapal perang yang dibangun di galangan kapal swasta dalam negeri. (miq/miq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *