Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Entrepreneur

Kisah Tragis Adik Kartini, Dipermalukan-Diarak Keliling Kota Saat Tua

Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak orang yang mengetahui kisah R.A Kartin. Setiap tahunnya pada tanggal 21 April, masyarakat di Indonesia merayakan Hari Kart dengan penuh antusias. Namun tak banyak yang mengetahui kisah tragis adik Kartin, Kardinah, yang dipermalukan dan diarak keliling kota dalam karung pakaian layaknya seorang wanita tua.

Kisah tragis ini terjadi pada tahun 1945, tepat dua bulan setelah Indonesia merdeka. Perlu diketahui, Kardinah berstatus keluarga elit Jawa saat itu. Ia mempunyai suami dan menantu yang merupakan Bupati Tegal. Tentu saja status ini erat kaitannya dengan feodalisme Jawa.

Pada masa kolonial, status Kardinah tidak menjadi persoalan. Namun seiring berjalannya waktu, status tersebut berubah menjadi bencana. Pelakunya adalah masyarakat awam yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Setelah kemerdekaan mereka menjadi gila. Tanpa pengawasan polisi atau militer, mereka melakukan balas dendam kepada semua pihak yang pernah bekerja sama dengan Belanda atau Jepang. Para pejabat menjadi salah satu sasarannya. Kardinah dan keluarganya pun tak luput dari sasaran.

Pada hari Sabtu, 13 Oktober 1945, sekelompok orang masuk paksa ke kediaman Kardinah. Mereka datang mencari Sunarjo, menantu Kardinah, Bupati Tegal. Tentu saja kedatangannya menghantui Sunarjo. Namun hasil yang mereka cari tidak kunjung datang, mereka menyerang Kardinah, istri Sunarjo dan cucunya. Tak hanya itu, para pembantunya juga menjadi korban.

Anton Lucas dalam Peristiwa Tiga Wilayah (1989) menyebutkan, Kardinah dan korban lainnya dipaksa keluar rumah dan diberi pakaian kain. Mereka kemudian diarak keliling kota oleh massa. Saat tragedi itu terjadi, Kardinah sudah berusia 64 tahun. Di usia segitu, tentu saja dia belum tahu cara bertarung. Kondisinya sudah tua. Ia menerima begitu saja nasib dicerca massa dan menjadi objek arak-arakan.

Di tengah perjalanan, Kardinah mengeluh kesakitan. Massa pun menghentikan prosesi di depan rumah sakit yang didirikan Kardinah. Namun, dia tidak segera dibebaskan. Sebab, mereka diangkut dengan truk ke Talang dan disimpan di rumah Wedana Adiwerna selama seminggu. Saat tersiar kabar adik Kartin diperlakukan seperti ini, banyak yang kaget.

“Tindakan ini membuat kaget orang-orang di pasukan keamanan Rakati karena dianggap ‘tidak sesuai dengan norma budaya Jawa’,” tulis Anton Lucas.

Pasca kejadian, Kardinah diketahui mengalami trauma berat. Sejak aktif memperjuangkan emansipasi perempuan semasa muda, ia memutuskan tidak lagi tinggal di Tegal, melainkan di Salatiga. Di kota ini, ia menghabiskan waktu dalam keadaan trauma hingga meninggal dunia pada 5 Juli 1971 di usia 90 tahun. Tonton video di bawah ini: Video: Pendapatan awal bisnis kopi di Indonesia (mfa/mfa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *