Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Entrepreneur

Nasabah KUR BRI, Sate Klathak Pak Pong Jadi Primadona Wisata Kuliner

Jakarta, CNBC Indonesia – Nama sate klathak menjadi sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Bagi yang belum pernah mencicipi sate klathak, mungkin namanya terasa asing.

Sate klathak dimasak seperti sate pada umumnya, namun tusuknya bukan dari bambu melainkan jeruji sepeda dari besi. Karena ditusuk dengan besi, bara panasnya bisa menyebar dengan cepat dan merata, sehingga dagingnya empuk seluruhnya. Alih-alih manis seperti sate biasa, sate klathak punya rasa manis yang bikin ketagihan.

Sate Klathak Pak Pong juga merupakan salah satu legenda Yogyakarta. Namun siapa sangka, ternyata Sate Klathak Pak Pong merupakan nasabah KUR BRI. Usaha sate Klathak Pak Pong bisa terus berkembang berkat program KUR yang dikelola BRI.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, sesuai amanah pemerintah, program KUR bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan bagi usaha produktif, meningkatkan daya saing usaha kecil, kecil dan menengah (UKM) serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan.

BRI mendapat alokasi KUR maksimal tahun 2024 yakni Rp 165 triliun. BRI menyalurkan KUR senilai Rp 27,2 triliun selama Januari-Februari 2024 kepada 561.000 pinjaman. Jika dihitung, penyaluran ini sekitar 16,5% dari total alokasi KUR yang disalurkan sesuai alokasi KUR BRI tahun ini,” imbuhnya dalam keterangan resmi, Selasa (16/4/2024).

Dengan dikukuhkannya KUR pada awal tahun 2024, BRI berharap mampu mencapai target penyaluran KUR pada tahun ini dengan menerapkan strategi bisnis yang berkelanjutan. Strategi bisnis kecil BRI pada tahun 2024 akan fokus pada penguatan lini depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang didedikasikan untuk UMKM memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari tahap pondasi, integrasi, dan integrasi.

Sebagai informasi, Zakiron yang merupakan pemilik Sate Klathak Pak Pong memulai usahanya sejak tahun 1997 dengan menyewa warung kecil pinggir jalan berukuran 6×6 meter di kawasan Jejeran, Bantul, Yogyakarta.

“Nah, untuk mengembangkan usaha masak-memasak ini, pada tahun 2000 saya berani meminjam modal usaha ke KUR BRI,” kata Pak Pong.

Nama Pak Pong sendiri rupanya berasal dari bahasa Jawa jempong yang merupakan sebutan untuk orang yang bangun siang atau sore hari. Zakiron sewaktu kecil sangat menyukai jempong, sehingga ayahnya memanggilnya Pong. Oleh karena itu, banyak penduduk setempat yang lebih mengenal Zakiron sebagai Pak Pong, dibandingkan nama aslinya. Di sana ia dilahirkan dengan nama Sate Klathak Pak Pong.

Pasca gempa Yogyakarta tahun 2006, Sate Klathak Pak Pong mengalami nasib baik. Banyaknya pembeli membuat nama Sate Klathak Pak Pong semakin meroket. Banyak media memberitakan dengan kuat, sehingga banyak orang yang ingin mencobanya.

“Pada tahun 2010, melalui fasilitas KUR BRI, saya meminjam banyak modal usaha untuk membeli tanah dan membangun gedung permanen untuk fasilitas Sate Klathak Pak Pong yang masih beroperasi hingga saat ini,” jelasnya.

Diakui Pak Pong, daging yang digunakan untuk membuat sate klathak berasal dari kambing yang ia sembelih sendiri setiap hari.

“Di hari biasa kita bisa mengoperasi 20-30 hewan sehari, sedangkan di akhir pekan atau libur panjang seperti Hari Raya kita bisa mengoperasi 40-50 hewan sehari, dengan uang itu kita bisa mencapai perubahan hidup. Rp 35-50 juta per bulan,” imbuhnya.

Ternyata restoran ini juga punya menu lain yang disukai pelanggannya yaitu Krenyos dan Tengkleng Kambing. Krenyos sendiri merupakan dada domba yang digoreng dengan garam dan dimakan dengan saus bawang mentah atau kecap. Banyak pelanggan yang memesan, terutama anak muda, sehingga kedua menu tersebut biasanya habis terlebih dahulu.

Tn. Diakui Pong, tempat tersebut sangat ramai sepanjang bulan Ramadhan, dengan jumlah pengunjung yang meningkat menjelang Idul Fitri.

“Mungkin karena di penghujung Ramadhan mulai banyak masyarakat yang kembali ke Yogyakarta, sehingga setiap hari tanggal 5 Raya, Sate Klathak Pak Pong selalu ramai hingga H+10 Raya. Tak jarang pendapatannya mencapai Rp 50 juta per a bulan,” katanya.

Benar-benar melegenda, Sate Klathak Pak Pong mampu membuat pelanggan rela mengantri hingga dua jam. Karena tempat duduknya terbatas, tidak jarang pengunjung berdiri hingga ditemukan kursi kosong.

Terlebih lagi, Sate Klathak Pak Pong Pasir juga menawarkan paket hemat untuk beberapa orang yang sudah termasuk Sate Klathak, Tengkleng, Kreyos, Gulai dan menu penting lainnya, sehingga pelanggan tidak perlu khawatir untuk memesan menu tersebut lagi.

Oleh karena itu, jangan lupa ajak keluarga atau orang terdekat Anda saat pulang kampung atau berlibur untuk mampir ke Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta! Tonton video di bawah ini: Video: Profitabilitas Bisnis Kopi Indonesia (dpu/dpu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *