Jurnal Berita

Sebuah Berita dan Informasi dari Seluruh Dunia

Research

The Fed Belum Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga, Awas RI Jadi Korban!

Pasar keuangan Indonesia ditutup minggu ini, IHSG menguat sementara rupiah masih melemah.

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada Selasa (30/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat seiring terdepresiasinya nilai tukar, sedangkan Surat Utang Negara (SBN) kembali diterbitkan investor asing.

Pasar keuangan diperkirakan masih bergejolak pada Kamis (02/05/2024), dengan berbagai agenda dan data yang keluar. Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai perkiraan dan sentimen pasar minggu ini di halaman 3 artikel ini

Pada akhir perdagangan Selasa (30/4/2024), IHSG harian menguat 1,1% atau 78,41 poin ke 7.234,19.

Penutupan IHSG sejalan dengan penguatan Senin (29/4/2024) sebesar 1,7%.

Pada penutupan perdagangan Selasa lalu, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 17,3 triliun dan 27 miliar saham diperdagangkan sebanyak 1,15 juta kali.

Beberapa saham ditemukan menjadi operator IHSG. Ini daftarnya.

Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Himbara akhirnya kembali menjadi penopang utama IHSG dengan mencapai 20,1 poin indeks.

Investor asing mencatatkan total omzet sebesar Rp 246,6 miliar dalam bentuk perdagangan dan uang tunai. Namun di pasar umum, investor asing total melakukan pembelian sebesar Rp 728,29 miliar.

Sementara di pasar valas, rupiah melemah 0,03% terhadap dolar AS mendekati Rp 16.255/US$ kemarin. Posisi ini semakin memperpanjang tren pelemahan rupee selama empat hari berturut-turut.

Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, mengatakan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat yakni Federal Reserve (Fed) menjadi alasan dolar terus menguat hingga mencapai mata uang dunia. , termasuk rupee. .

Krishna mengatakan bank sentral AS enggan menurunkan suku bunga karena perekonomian AS masih kuat.

“Jadi poin yang ingin kami sampaikan adalah, Anda telah melihat kebijakan moneter AS karena kekuatan ekonomi AS, karena inflasi AS yang mengejutkan dan kebijakan moneter AS, sementara penurunan suku bunga telah terhenti,” Krishna. Ucapnya pada konferensi pers IMF Asia.

Ia mengatakan, suku bunga acuan negara-negara di kawasan ASEAN masih rendah, sedangkan negara maju seperti Amerika Serikat memiliki suku bunga yang tinggi. Hal ini menyebabkan aliran keuangan dunia berpindah ke negara maju sehingga memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang.

Jika menyimak penjelasan Krishna, terlihat bahwa kebijakan suku bunga tinggi yang dilakukan The Fed akan terus memberikan tekanan pada nilai tukar negara-negara berkembang, termasuk rupee. Selain itu, The Fed terus menunda pemotongan suku bunga, kata Krishna.

Dari pasar mata uang, rupee kembali melemah pada perdagangan Selasa (30/04/2024). Rupee sedikit lebih rendah pada Rp 16.255/US$ sebesar 0,03%, Refinitiv melaporkan. Dengan demikian, rupee melemah selama empat hari berturut-turut.

Kemudian, imbal hasil Surat Utang Negara (SBN) tenor 10 tahun terlihat naik hingga 7,268% pada penutupan perdagangan Selasa pekan lalu.

Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau dalam 1,5 tahun terakhir.

Perlu diketahui, hubungan antara imbal hasil dan harga SBN bersifat proporsional, artinya ketika imbal hasil naik maka harga obligasi akan turun, yang menandakan investor ingin membeli kembali SBN.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *